BAB.
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Di lingkungan
sekitar banyak sekali
terdapat mahkluk hidup
yang namanya mikroba dan tanaman. Dan tanaman hanya dapat dilihat dengan
menggunakan alat khusus
yang namanya mikroskop
berbeda dengan suatu jenis
tanaman. Karena pada
mikroba populasinya amat
banyak di alam dan
menempati berbagai macam
tempat baik ditubuh
maupun di tempat lainnya.
Untuk mengetahui
jenis apa saja
jenis dari mikroba
tersebut maka perlu adanya
suatu penelitian atau
percobaan di dalam
laboratorium. Demikian pula tanaman
atau tumbuhan perlu
adanya suatu penelitian untuk mengetahui
adanya satu khasiat
atau beberapa khasiat
yang terkandung di dalam suatu tanaman tersebut.
Dalam percobaan
dilakukan suatu uji
tanaman terhadap mikroba dengan menggunakan
medium yang sesuai
dengan mikroba tersebut untuk mengetahui
lebih jelas dari
daya hambat suatu
tanaman seperti perasan, ekstrak,
dan hal lainnya.
Oleh karena
itu, dalam praktikum
kali ini akan
diuji Sambiloto untuk
melihat secara jelas
efektifitasnya terhadap
Stapilococcus Aureus.
I.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada percobaan kali ini yaitu bagaimana efektifitas suatu tanaman obat
dalam hal ini kunyit, daun jambu dan Pulosari ? danbagaimana keefektifan
suatu tanaman obat
terhadap suatu mikroba atau mikroorganisme ?
I.3.
Maksud Percobaan
Untuk mengetahui
dan memahami cara
menentukan efektifitas Sambiloto
terhadap mikroba terhadap mikroorganisme
I.4.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui
efektifitas Sambiloto terhadap
pertumbuhan bakteri tertentu.
I.5.
Prinsip Percobaan
Penentuan efektifitas
tanaman obat terhadap
bakteri uji dalam medium
MHA dengan mengukur
zona hambatan dan
membandingkan diameter zona hambatan
antara aguadest steril
dengan sampel setelah diinkubasi pada suhu 37° Cselama
16-20 jam.
BAB.
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1.
Teori Umum
Obat yang
digunakan untuk membasmi
mikroba penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus
memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Artinya
obat tersebut haruslah
bersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik utuk
hospes. sifat toksisitas
selektif yang absolut belum
atau mungkin juga
tidak akan diperoleh (Ganiswara., 1995).
Berdasarkan sifat
toksisitas selektif, antimikroba
yang bersifat menghambat perumbuhan
mikroba, dikenal sebagai
aktivitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh mikroba,
dikenal sebagai aktivitas bakterisid (Ganiswara.,1995).
Toksisitas selektif
mungkin merupakan reseptor
spesifik yang dibutuhkan untuk
melekatnya obat – oabatn, atau bisa karena hambatan biokimia yang
bisa terjadi bagi
organisme namun tidak
bagi inang. Mekanisme aksi
obat antimikroba tidak
sepenuhnya dimengerti, namun makanisme aksi ini dapat dikelompokkan
dalam 4 kelompok utama :
1. Penghambatn terhadap sintesis dinding sel
2. Penghambatan terhadap fungsi membran sel
3. Penghambatan terhadap sintesis protein
4. Penghambatan
terhadap asam nukleat
(Bagian Mikrobiologi FK – UI,
2003).
Mikroba yang
semulaa terhadap suatu
antimikroba, dapat berubah sifat
genetiknya enjadi tidak
atau kurang peka.
Perubahan sifat genetik terjadi karena
kuman memperoleh elemen
genetik yang membawa
sifat resisten; keadaan ini
dikenal sebagai resistensi
didapat (acquired
resistance). Elemen resistensi
ini dapat diperoleh
dari luar dan
disebutresistensi yang dipindahkan
(transferred resistance), dapat
pula terjadi akibat adanya
mutasi genetik spontan
atau akibat rangsangan
AM (Induced resistance), (Ganiswara.,1995).
Tidaklah semua
jenis mikroba dapat
dibunuh oleh suatu
antibiotika. Misalnya
penicilin berkhasiat untuk
membunuh Staphylococcus aureus, tetapi tidak
berkhasiat Salmonella typhi.
Bahkan, dapat terjadi Staphylococcus aureus yang biasanya sensitif terhadap penicilin
berubah menjadi resistance terhadap penicilin. Hal ini disebabkan bakteri
tersebut mengadakan mutasi yang dapat terjadi karena pengobatan yang dilakukan
tidak dengan semestinya (Entjang., 2003).
Penyakit infeksi
oleh bakteri dan
fungi, terutama di
Negara berkembang seperti Indonesia
merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian besar. Disamping
itu kenyataan banyak dilaporkan adanya
galur mikroorganisme pathogen
yang sudah resisten
terhadap obat yang ada,
dan karena itu
pencarian antimikroba baru
tentunya merupakan salah satu
pemecahan yang senantiasa
harus dilakukan (Pakadang, R. S.,
2012)
II.2.
Uraian Bahan
a. Sambiloto
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub
Kelas : Asteridae
Spesies : Andrographis paniculata Nees
d. Suspensi bakteri Streptococcus mutans
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus
Morfologi : Staphylococcus aureus merupakan bakteri
Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. (Boyd,
1980), berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur (Todar, 2002)
sebagaimana terlihat pada gambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda
tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar,
Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning.
Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering
dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari
Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
(Boyd, 1980).
b. Mueller Hinton Agar
Komposisi :
30,0% Beef Extract
1,75% Asam Kasein Hydrolysate
0,15% Pati
1,7% Agar
Pembuatan :
dididihkan suspensi selama
20 menit, dan di
sterilkan di autoklaf
pada suhu 121° C selama
20menit.
BAB
III
METODE
KERJA
III.1.
Alat Dan Bahan Yang Digunakan
III.1.1.
Alat Yang Digunakan
a. Beaker Glass
b. Lampu Spiritus
c. Ose
d. Rak Tabung Reaksi
e. Spoit 5 cc dan 10 cc
f. Tabung Reaksi
g. Pipet tetes
h. Pencadang
i. Pinset
III.1.2.
Bahan Yang Digunakan
a. Media Mueller Hinton Agar
b. Suspensi Bakteri Staphilococcus aureus.
c. Aquadest
d. Sambiloto
III.2.
Cara Kerja
A. Pembuatan Media
1. Ditimbang Media MHA sebanyak 4 gram diatas
neraca analitik.
2. Dimasukan
kedalam labu erlemer
dan dilarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml.
3. Dipanaskan diatas api hingga mendidih.
4. Setelah
mendidih, di ukur
10 ml dengan
spoit dan dimasukan kedalam tabung reaksi dan di
sumbat.
5. Dituang kedalam cawan petri sebagai base
layer.
6. Dibiarkan hingga memadat.
B. Cara Kerja Untuk Sampel
1. Penyiapan bakteri uji
a. Diambil 1 ose bakteri uji lalu digores pada
media MHA miring.
c. Hasil
biakan bakteri diambil
satu ose lalu
dimasukan kedalam tabung reaksi
yang berisi larutan
NaCl fisiologis sebanyak 10 ml
dikocok sampai homogen.
2. Pembuatan
Extrak, infus atau
rebusan tanaman sampel, disesuaikan.
3. Pengujian aktifitas antibakteri
a. Ekstrak,
infus atau rebusan
disiapkan dalam beberapa
segi pengenceran atau konsentrasi.
b. Dituang
secara aseptis media
Mueller Hinton Agar (MHA) kedalam
cawan petri kira-kira
sebanyak 10 ml
sebagai base layer kemudian dicampurkan
media Mueller Hinton Agar
(MHA) dengan suspensi bakteri
uji kira-kira 0,5
– 1,0 ml
sebagai seed layer, lalu
diletakkan pencadang.
c. Sediaan
sampel tanaman yang
telah disiapkan dengan konsentrasi yang
berbeda dimasukan kedalam
pencadang secara aseptis dengan
mengunakan pipet sebanyak
10 tetes.
d. Diinkubasi
pada suhu 37° C selama 1
X 8 jam,
selanjutnya diamati dan diukur
diameter hambatan yang terjadi.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1.
Data Pengamatan
Pengukuran
|
Nama Sampel
|
Konsentrasi
|
Kontrol
|
||
10 ppm
|
20 ppm
|
50 ppm
|
|||
1
|
Sambiloto
|
8 mm
|
10 mm
|
11
mm
|
0 mm
|
2
|
6 mm
|
11 mm
|
12 mm
|
0 mm
|
|
3
|
7 mm
|
9 mm
|
13 mm
|
0 mm
|
|
Rata-rata
|
7 mm
|
10 mm
|
12 mm
|
0 mm
|
IV.2. Perhitungan
a. Untuk Pengenceran 10 ppm
- Cawan 1 (C1) = 0,8 cm X 10 = 8 mm
- Cawan 2 (C2) = 0,6 cm X 10 = 6 mm
- Cawan 3 (C3) = 0,7 cm X 10 = 7 mm
Rata-rata
Zona Hambat =
b. Untuk Pengenceran 20 ppm
-
Cawan 1 (C1) = 0,10 cm X 10 = 10 mm
- Cawan 2 (C2) = 1,1 cm X 10 = 11 mm
- Cawan 3 (C3) = 0,9 cm X 10 = 9 mm
Rata-rata
Zona Hambat =
c. Untuk Pengenceran 50 ppm
- Cawan 1 (C1) = 1,1 cm X 10 = 11 mm
- Cawan 2 (C2) = 1,2 cm X 10 = 12 mm
- Cawan 3 (C3) = 1,3 cm X 10 = 13 mm
Rata-rata
Zona Hambat =
d. Untuk Control Sampel
- Cawan 1 (C1) = 0 cm = 0 mm
- Cawan 2 (C2) = 0 cm = 0 mm
- Cawan 3 (C3) = 0 cm = 0 mm
Rata-rata
Zona Hambat =
BAB
V
PEMBAHSAN
V.I.
Pembahasan
Pada percobaan
kali ini kita
akan menguji efektivitas
suatu tanaman terhadap mikroba,
sampel yang kita gunakan adalah
Sambiloto. Sampel bakteri
Bakteri Staphilococcus aureus. telah disuspensikan dengan
NaCl serta Medium
Mueller Hinton Agar (MHA).
Percobaan ini dilakukan untuk
membandingkan pertumbuhan mikroba
terhadap sampel dan air steril.
Cara membandingkan
yaitu dengan menggunakan
penetapan difusi dari pencadang
kedalam agar yang
telah disuspensikan dengan
bakteri Staphylococcus
aureus setelah diinkubasi
maka hambatan pertumbuhan pertumbuhan mikroba dapat diukur
dan dibandingkan hasilnya.
Pada percobaan
ini digunakan pencadang
terlebih dahulu direndam dalam media pencadang yang digunakan
ada empat buah yang diisi dengan pertama 10 ppm, yang kedua 20 ppm, ketiga 50
ppm dan yang keempat
diisi dengan aguadest
steril sebagai kontrol. Setelah
diinkubasikan selama 24 jam maka
akan terlihat jelas penghambatan yang
terjadi dimana pada
sampel baku /
air steril, luas penghambatannya lebih
kecil dibanding dengan
sampel uji.
Dari hasil
tersebut kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa
suatu tanaman hendaknya diketahui
efektifitasnya terhadap mikroba
sehingga dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan khasiat tanaman
tersebut. Pada pencadang yang berfungsi sebagai kontrol. Ternyata pada hasil pengamatan yang
diperoleh pencadang ini
terdapat zona hambatan
ini disebabkan karena pencadang tersebut telah terkontaminasi dengan
udara mungkin di dalam
ruangan laboratorium mikrobiologi
banyak terdapat bakteri jadi
pencadang yang berfungsi sebagai
kontrol dapat ditumbuhi oleh
mikroorganisme.
BAB.
VI
PENUTUP
VI.I.
Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan mengenai uji
efektifitas tanaman terhadap mikroba dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sambiloto pada konsentrasi 10 ppm diperoleh zona hambat =7 mm
2.
Sambiloto pada konsentrasi 20 ppm diperoleh zona hambat = 10 mm
3.
Sambiloto pada konsentrasi 50 ppm diperoleh zona hambat = 12 mm
Dari hasil
data-data yang terlihat
dapat disimpulkan bahwa,
besarnya diameter daya hambat selalu berbanding lurus dengan konsentrasi
sampel artinya, semakin besar konsentrasi sampel maka semakin besar pula daya
hambat yang terbentuk.
VI.I
Saran
Dalam melakukan
praktikum hendaknya praktikan
menyediakan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar
praktikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro,
1989. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Penerbit Djambatan.
Pakadang,
Sesilia R. 2012. ”Buku Penuntun
Praktikum Mikrobiologi Farmasi”.
Jurasan Farmasi Politeknik Kesehatan Depkes Makassar : Makassar.
Rusli,
2008. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Farmasi Dasar.
Fak. Farmasi UMI, Makassar.
Lampiran
Foto
penelitian
Moje svedectvo Ahoj všetci. Som tu, aby som dosvedčil, ako som dostal svoju pôžičku od pána Benjamina po tom, čo som niekoľkokrát požiadal rôznych poskytovateľov pôžičiek, ktorí prisľúbili pomoc, ale nikdy mi ju neposkytli. Až kým ma môj priateľ nepredstavil pánovi Benjaminovi Leeovi, ktorý mi sľúbil, že mi pomôže, a skutočne tak urobil, ako sľúbil, bez akejkoľvek formy oneskorenia. Nikdy som si nemyslel, že stále existujú spoľahliví poskytovatelia pôžičiek, kým som sa nestretol s pánom Benjaminom Leeom, ktorý skutočne pomáhal s pôžičku a zmenil moje presvedčenie. Neviem, či nejakým spôsobom potrebujete skutočnú a urgentnú pôžičku, kontaktujte pána Benjamina prostredníctvom služby WhatsApp + 1-989-394-3740 a jeho e-mailu: 247officedept@gmail.com ďakujem.
BalasHapus